11.32

Pentingnya Meluruskan Niat Dan Kepasrahan


1.PENTINGNYA NIAT YANG BAIK DALAM BELAJAR SUPRANATURAL DAN SPIRITUAL
Niat itu adalah sebuah pondasi awal yang menentukan nilai keilmuan dan ibadah seseorang.Sabda nabi Muhammad SAW:"Segala sesuatu itu berawal dari niatnya".Banyak orang tentu sudah tahu niatnya belajar supranatural dan spiritual.Tetapi banyak perguruan tidak pernah menekankan pentingnya niat ini.Mengapa niat ini begitu penting?
Katakanlah: “Jika kamu menyembunyikan apa yang ada dalam hatimu atau kamu menampakkannya, pasti Allah Mengetahuinya. Dan Allah mengetahui apa-apa yang ada di langit dan apa-apa yang ada di bumi. dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Ali Imran : 29 ).
Imam Ibnul Qayyim berkata, ”Niat adalah ruh amal, inti dan sendinya. Amal itu mengikuti niat. Amal menjadi benar karena niat yang benar. Dan amal menjadi rusak karena niat yang rusak.” (I’lamul Muwaqqi’in VI/106, tahqiq Syaikh Masyhur Hasan Salman).
“Barang siapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, pasti Kami berikan balasan atas pekerjaan mereka di dunia, dan mereka di dunia tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh sesuatu di akhirat kecuali Neraka, dan sia-sialah di sana apa yang telah mereka usahakan dan terhapuslah apa yang telah mereka kerjakan”. (QS Huud : 15-16).
Imam Qatadah rahimahullah berkata: “Barang siapa yang niat dan tujuannya hanya mencari dunia, Allah akan memberikan balasan kebaikannya di dunia saja, kemudian ia kembali ke akhirat dengan tanpa membawa pahala sedikitpun, adapun seorang mukmin (yang ikhlas) maka kebaikannya dibalas di dunia dan di akhirat”.
“Tidaklah dua serigala lapar dilepaskan kepada seekor kambing lebih berbahaya dari rakusnya seseorang kepada harta dan kedudukan melalui agamanya”. (HR Tirmidzi).
“Tidak melihat kepada bentuk fisik kalian, dan harta kalian, namun melihat kepada hati kalian, dan amal perbuatan kalian.” (Muttafaq Alaih).
Hanya dengan niat yang rusak, sesuatu yang mubah berubah menjadi sesuatu yang haram, dan sesuatu yang diperbolehkan menjadi sesuatu yang dilarang, serta sesuatu yang tidak ada kesulitan berubah menjadi ada kesulitan di dalamnya.
Saya selalu mengatakan:"luruskan niat sucikan hati!".Ketika saya bertanya dan mencoba mencari jawaban sendiri:"Mengapa sebuah amalan,wirid,dzikir dan mantera(aji-ajian)begitu sakti dan bisa memiliki kemampuan yang ajaib?"Lama sekali saya merenungkan dan hampir putus asa tidak ketemu jawaban.Kali ini terjadi fenomena kegaiban lagi.Suara tanpa rupa dengan latar belakang langit cerah,terang benderang berkata kepada saya:"Sesungguhnya orang-orang yang mencari kesaktian,ia akan ditemani oleh jin.Dan sesungguhnya orang-orang yang hanya ikhlas mengharap ridho Allah semata,ia telah berteman dengan para malaikat!".
Ketika hal ini saya tanyakan pada Habib Munzir Al-Musawa,adakah hadist yang bisa dijadikan rujukan tentang hal diatas,beliau menjawab secara pasti tidak ada,tetapi maksudnya tentu anda sudah paham.

Dari hal yang saya alami tersebut ternyata sebuah niat itu begitu luar biasa sekali.Ketika dulu saya masih darah panas,saya suka mencari kesaktian,bisa begini dan begitu.Hasilnya buruk sekali,saya diikuti ribuan khodam/jin.Setelah ketemu dengan guru waskita saya diberi pesan:"Luruskan niatmu dan tinggalkan kesaktian yang kamu pelajari selama ini.Kembalilah pada apa yang kamu bawa sejak kecil!".
Intinya semakin berhasrat pingin sakti,pingin jadug,kebal dll kita akan dihadapkan pada kehadiran makhluk halus khodam/jin secara otomatis,entah dirimu suka atau tidak suka.Mengenai efek negatifnya silakan dirasakan sendiri dalam jangka panjang maupun pendek.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah: "Setiap amalan yang dilakukan seseorang apakah berupa kebaikan ataupun kejelekan tergantung dengan niatnya. Apabila ia tujukan dengan perbuatan tersebut niatan/maksud yang baik maka ia mendapatkan kebaikan, sebaliknya bila maksudnya jelek maka ia mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan". Beliau juga mengatakan: "Hadits ini mencakup di dalamnya seluruh amalan, yakni setiap amalan harus disertai niat. Dan niat ini yang membedakan antara orang yang beramal karena ingin mendapatkan ridho Allah dan pahala di negeri akhirat dengan orang yang beramal karena ingin dunia apakah berupa harta, kemuliaan, pujian, sanjungan, pengagungan dan selainnya". (Makarimul Akhlaq, hal 26 dan 27)
Banyak pemula yang ingin belajar Ilmu supranatural atau spiritual,pada umumnya merasa sudah punya "niat suci", yaitu ingin berguna bagi sesama, bisa menolong teman yang kesusahan, bisa mengobati saudara yang sedang sakit, menegakkan kebenaran, memberantas kejahatan dan seterusnya...

Benarkah ini sesuatu niat suci?
Menurut pengamatan saya, orang-orang yang datang dengan niat menggebu-gebu ingin belajar supranatural,metafisika,spiritual dan kegaiban agar bisa menjadi orang yang berguna, umumnya kita memiliki latar belakang yang hampir sama.Kita merasa diremehkan atau dianggap tidak berguna dalam keluarga, tempat kerja, sekolah atau lingkungan sosial lain.Banyak dari kita punya citra diri (kepercayaan diri) yang kurang dan tidak terima dengan perlakukan orang disekitar kita. Dengan kondisi yang demikian, kemudian timbulah motivasi untuk membuktikan kepada orang lain bahwa diri seseorang pun bisa jadi "Gatotkaca dengan otot kawat tulang besi", bahwa dirinya adalah orang yang punya kehebatan dan sangat berguna. Namun karena hati masih tertutup nafsu, umumnya kita semua tidak mengakui hal ini.

Mengapa orang yang sering diremehkan menjadi memilih cara supranatural,spiritual untuk pembuktian kehebatan...? Karena ada anggapan bahwa ilmu metafisika,spiritual bisa merubah dirinya menjadi "manusia digdaya" yang punya kemampuan luar biasa, melebihi kemampuan manusia pada umumnya. Berhati-hatilah dengan niat Anda..!Tujuan-tujuan yang berakar pada keinginan agar menjadi orang hebat atau lebih hebat dari orang lain hanya akan menyengsarakan hidup manakala kita bertemu dengan orang lain yang lebih hebat dari kita.
Tujuan belajar ilmu kegaiban adalah agar bisa mengenal diri kita seutuhnya,mengenal Tuhan sesuai kepercayaan yang dianut,mengenal alam semesta raya.Dengan mengenal semua itu kemudian akan merasa welas,asih,kasih sayang terhadap semua ciptaan,sehingga tercapai rahmatan lil 'alamin yaitu kemanfaatan bagi sekalian alam,menyelamatkan diri sendiri dan orang lain dalam tafsir yang teramat luas.Sedangkan keajaiban atau hal-hal diluar nalar adalah tidak lebih dari sebuah bonus saja.Tujuan akhir kita adalah kembali kepangkuan sang Pencipta yaitu menerima panggilan Tuhan yang terakhir(kematian).

 2.KEPASRAHAN DAN IKHLAS”TERSERAH GUSTI ALLAH”
Seorang mubalig datang ketempat kyai bermaksud minta nasehat.Setelah duduk kyai itu berkata:"Kamu tidak memerlukan nasehat dari saya.Kamu sudah pintar.Belajarlah dari kang Bejo penjual bakso diperempatan sana!"
Mubalig itu kecewa dan mengumpat dalam hati"Jauh-jauh kesini,malah disuruh ketempat tukang bakso!".
Kyai berkata lagi:"Jangan berkata seperti itu,pergilah dan amati.Jawabannya ada disana...".
Mubalig:"Maafkan,kyai.Saya pamit dulu!"
Setelah berpamitan mubalig itu mencoba mengamati kang Bejo penjual bakso.Keluarga itu sederhana saja.Anaknya tiga,setelah pulang sekolah membantu jualan bakso bapaknya.Setelah sholat dzuhur mubalig itu dan kang Bejo bercakap-cakap.
Mubalig:"Kang,boleh saya tanya sedikit beberapa hal?"
Kang Bejo:"Saya ini orang bodoh,apa yang bisa saya jawab?"
Mubalig:"Kang,warung baksonya ramai.Rahasianya apa?"
Kang Bejo:"Tidak ada rahasia.Saya hanya pasrah saja.Terserah Gusti Allah,Dia-lah yang memiliki segalanya.Mau diberi rejeki banyak apa sedikit saya pasrah dan ikhlas menerima."
Mubalig:"Anak-anak kang Bejo semua sekolah pintar-pintar?
Kang Bejo:"Terserah Gusti Allah,saya tidak tahu apa yang terbaik buat anak-anak.Kalau besar nanti pun terserah pada kehendak Gusti Allah.Apa mereka jadi dokter,insinyur atau jadi tukang bakso seperti saya,saya tidak bisa menentukan nasib mereka!".
Setelah dirumah Mubalig itu baru sadar kalau selama ini dirinya sudah banyak belajar kesana kemari.Tetapi kepasrahan dan keikhlasan seperti sosok penjual bakso tersebut belum dimilikinya.Penjual bakso tersebut adalah orang-orang yang belum terombang-ambing arus jaman.Polos dan apa adanya dengan pasrah,ikhlas dan berprasangka baik terhadap kehendak Allah SWT.Inilah mengapa kyai tersebut menyuruhnya belajar dari seorang penjual bakso.
Wallahu ‘alam.